Usia 27 adalah angka yang ‘sakral’. Inilah masa transisi
seseorang,dari anak muda yang mencari jati diri menjadi manusiadewasa
yang sesungguhnya. Ketika kamu menginjak angka 27, banyak hal yang
telahterjadi padahidupmu.Kamu pun mestimengerti,masa depan adalah
jalanyang harusberani kamu tapaki.
Ada sebuah keputusan penting yang saya ambil sewaktu menginjak usia 27: pergi dari
status quo
dan memburu renjanasaya. Hasilnya, saya bisa berbagi pikiran dengan
kalian lewat tulisan. Siapa tahu, menjelang usia 27 kamu sendiri juga
dihadapkan pada sebuah jalan bercabang.Kamumengerti bahwa masing-masing
opsiakan berdampak besar pada hidupmu di masa mendatang.
Untuk
mengambil pilihan tepat menjelang usia krusialini, ada beberapa realita
hidup yang harus kamu mengerti. Inilah beberapa di antaranya:
1. Kartu kredit itu bukan berarti belanja gratis!
Dengan kartu kredit, aktivitas berbelanja akanterasa lebih mudah. Mau
makan di restoran enak, tinggal gesek. Mau pesan tiket pesawat, tinggal
modal jempol tangan.Belum lagi puluhan bonus dan diskon yang datang
padamu sebagai pemegang kartu kredit dari bank tertentu.
Ketika
usiamu hampir 27, kamu mungkin sudahmulai terbiasa hidup mapan. Setelah
meninggalkan bangku kuliah dan mulai masuk dunia kerjabeberapa tahun
yang lalu, gajimu mulai “parkir” diangka yang lebih dari lumayan.
Masalahnya,
kamu mungkin lupa kalau kemapanan ini belum tentu berlangsung
selamanya. Kalau kamu terlena,bisa bahaya.Kamu akan asal gesekkartu
kredit — bahkan untuk hal-hal yang sebenarnya tidak penting-penting amat
— karena merasa bahwa uang akan selalu ada. Padahal, inti dari kartu
kredit adalah membeli suatu produk atau jasadengan uang yang belum kamu
punya.
Sebelum usiamu 27, pastikan bahwa kamu sudahbijak menyikapi
kemapananmu kini. Ingat, kartu kredit itu kartu hutang. Dan hutang
harus dibayar.
2. Cari Uang itu Perjuangan
Selepas lulus kuliah, kamu akan memasuki dunia kerja. Tidak ada lagi
yang namanya malas-malasan. Hidupmu harus teratur: bangun pagi buta,
pulang baru saat malam tiba. Begitu seterusnya, sampai akhir pekan dan
liburan bagimu bisa sangat berharga.
Bahkan jika kamu bekerja di
bidang yang kamu suka, belum tentu di kantor kamu akan secara instan
bahagia. Kamu masih perlu kerja kerasdan membuktikan diri pada atasan
kalau kamu pantas dipertahankan. Memang sulit, mencari uang. Tapi kalau
kamu mau dewasa, inilah realitas sehari-hari yang mesti kamu hadapi.
3.Menyisihkan uang untuk tabungan? Lebih susah lagi!
Ketika kamu sudah mulai mapan, kamu akan bingung sejenak karena punya
begitubanyak pilihan dan keinginan. Tiba-tiba semua uang yang kamu
punya maukamu belanjakan. Eh…kayaknya kemarin ada tiket murah ke
Makassar, tuh? Bentar, tapi karburator motormu perlu diganti juga. Kamu
pun sebenarnya ingin beli sepatu lari dan beberapa helaibaju baru. Tapi
kalau semua keinginan ini kamulayani, kapan kamu bisa menabung?
Semakin
dewasa seseorang, semakin besar pula tuntutan finansial yang dibebankan
padanya. Jika takpunya tabungan, kamu akan benar-benar
kesulitan.Bagaimana kamu akan punya rumah? Mau ngekos terus seumur
hidup? Bagaimana juga rencanamu untuk menikah? Mau kasih istrimu nanti
uang monopoli?
Sebelum usia 27, kamu harus sudah bisa memelihara uang.Jika gagal,proses pendewasaanmu sendiri yang akanterhalang.
4.Tapi, setidaknya kamu punya penghasilan sendiri.
Ya, paling tidak ini adalah hal yang bisa kamu banggakan. Kamu bukan
lagi bocah ingusan, yang kerjaannya menengadahkan tangan keorang tua.Tak
pedulikamu karyawan atau punya usaha sendiri, kamu berhak merasa bangga
padakemampuanmu berdikari.
5. Pekerjaan pertama biasanya cuma jadi batu loncatanmu.
Sebelum umurmu 27, kamu sudah harus kenyang pengalaman kerja. Kamu
hanya bisabegituketika tak terlalu pilih-pilih soalpekerjaan pertamamu.
Yakin, deh, jangan terlalu idealis. Tidak banyak
fresh graduatesdi
dunia iniyang akan langsung diterima bekerja di perusahaan besar dengan
gaji fantastis. Lebih baik rintis karirmu dari “bawah”. Jangan gengsi
atau malu: kamu tidak akanbertahan selamanyadi kantorpertamamu. Namun,
kamu pasti bisa menjadikannya sebuahladang ilmu.
6.Untuk bertahan, kamu perlu percayadiri.
Ketika umurmumenginjak akhir 20-an,kamu akan
menghadapibanyakpertanyaan yang melelahkan. Kapan menikah, kapan punya
anak, kapan bisa seperti adikmu, kapan bisa dapat jabatan kayak
sepupumu, kapan bisa punya keliling dunia kayak satu anak sekelasmu…
Pertanyaan
ini tidak hanya berasal dari lingkunganmu, tapi juga daridirimu
sendiri. Kamu akan mulai bertanya-tanya apakah tepatpilihan yang telah
kamu ambil selama ini.Bahkan ketika rasionalitasmu mengatakan bahwa kamu
benar, jika kepercayaan dirimuhampir tak ada, kamu akan mudah patah.
Jika kamu maujadi penyintas, kepercayaan diri yang tinggi adalah hal mutlak.
7. Kamu akan menapak jenjang karir yang semakin tinggi.
Ketika
jenjang karir yang tinggi perlahan bisa kamu titi, ini pertanda yang
bagus. Secara umum, dengan karir yang lebih tinggi kamu bisa lebih
mengembangkan diri.Namun bisa juga, promosi di tempat kerja malah
membawamu pada dilema. Terutama ketika pekerjaanmu menghalangi impian
hidupmu yang sebenarnya. Contohnya,ketika kamu diangkat jadiahli geologi
senior di perusahaanmu,hasratmu untuk traveling setahunkeliling Asia
bisa jadi sedang sangat menggebu-gebunya.
Sebelumusiamu 27, kamu harus memikirkan masak-masak apa yang ingin kamu lakukan di dunia ini. Kalaupetuah
“follow your passion” terlalu klise buatmu, temukan kehangatan dalam prinsip bahwakemapanan dan
passionbisa jadi sejalan.
8. Teman-temanmu mulai meninggalkanmusatu per satu.
Ketika
kamu masih berada di awal usia 20-an, kamu punya lebih banyak waktu
untuk merawat pertemanan.Saat pertama kali masuk kerja, bahkan ketika
kamu sedang sibuk-sibuknya di kantor pertama, kamu masih punya akhir
pekan untuk pergi ke luar bersama mereka. Sewaktu usiamu sekitar25, kamu
masih bisa mengunjungimereka di waktu-waktu tertentu. Walaupun sudah
banyak dari mereka yang telah menikah, tak semuanya memilih untuk
cepat-cepatpunya anak. Mereka pun bisa lebih terbuka
menerimakunjunganmu.
Sekarang, mereka makin tenggelam dalam hidup
dan fokus masing-masing. Ada temanmu yang karirnya melesat sukses, lebih
dari yang lainnya. Ada juga yang sudah punya anak tiga, dan terlalu
sibuk untuk mengiyakan ajakanmu pergike luar kota.
Tak semua
temanmu akan berpisah karena keadaan yang tak kondusif. Terkadang,
kalian mulai berjauhan karena karakter masing-masing yang ternyata
bertentangan. Kamu akan paham bahwa siapapun bisa menusuk dari belakang.
Kamu pun bisa mengertibahwa tanpamumeniatkannya, kamu bisa
jugamembuatseseorang kecewa.
9. Tapi, dari situlah kamu tahusiapa teman sejatimu.
Teman
sejatimu bukanlah mereka yang bisa kamu ajakpergi main kapan saja.
Ketika usiamu menjelang 27, arti pertemananmu tak lagi sesempit itu.
Teman sejatimu adalah mereka yang masih mau mendengarkan keluh kesahmu,
masih menertawakan kekonyolanmu, dan bercerita tentang banyak hal
denganmu — bahkan ketika sudah berbulan-bulan, atau bertahun-tahun, tak
sempat bertemu.
10. Kakak atau adikmu akan menjadi salah satu sahabatmu.
Ketika kalian kecil dulu, kamu dan saudaramusering bertengkarkarena hal-hal kurang penting. Rebutanmakanan, rebutan
remote TV, pukul-pukulan…rasanya tidak ada hal yang takbisajadi bahanpertengkaran.
Tapi
sekarang, kamu dan dia bahu-membahudan saling membantu. Jika ada
permasalahan keluarga danposisimu berseberangan dengan orang tua, dia
bisa jadi penengahnya.Begitu juga sebaliknya.
Bila kamu cukup
beruntung memiliki kakak atau adik yang umurnya takterpaut jauh, kamu
akan paham bahwa mereka bisa menjadi tempat kamu mengeluh dan
bersenang-senang. Oh iya:kalau jomblo, kamu juganggak perlu bingung mau
ngajak siapa kekondangan!
11. Ide untuk menikah akan berseliwerandipikiranmu
Saat
usiamu menginjak akhir 20-an,pernikahan akanjadi hal yang akrab
dipikiran. Entah karena dirimu tahusudah waktu yang tepat bagimu untuk
menikah, atau karena kamu punya orang tua yangselalu bertanya tentang
hal ini.Mungkin saja kamu sudah mulai menabung agarpernikahan
jadirealita di masa depan. Mungkinjuga, kamu sudah mulai memikirkan
kapan dan bagaimana kamu akanmelamar pasangan. Atau mungkin, kamu malah
sudah menikah?
Yang jelas,sebelum usiamu 27, kamu perlu
memahamibahwa pernikahan bukanlah kewajiban. Menikah bisa membuka pintu
berkah, tentu saja, tapi tidak ada juga yang salah dengan menunda waktu
tibanya. Pernikahan adalah pilihan. Jangan biarkan pribadimu tertekan
karena teman-temanmu sudah lebih dulu melenggang ke pelaminan. Sumpah,
sayang!
12. Kamu jugaakan mulai penasaran bagaimana rasanyapunya anak
Saat
usiamu 27, banyak teman sekolah atau kuliahmu yang sudah menikah.
Sebagian di antara mereka bahkan sudah menimang anak. Kamu pun bakal
didaulat jadi oom atau tante. Dan jangan salah:ponakanmu itu
buanyak.
Diam-diam,
kamu punsebenarnya penasaran bagaimana rasanya jadi ibu atau ayah.
Bahkan walau sebenarnya kamu belum menikah. Kamu mungkin sudah punyanama
yang akan kamu berikan pada anak-anakmu nanti. Kamu juga sering bicara
ke diri sendiri,
“Nanti kalo gue punya anak, gue bakal jadi bapak/ibu yang bla…bla…bla…”
Sebelum
usiamu 27, kamu harus paham bahwaangan-anganini memang wajar.Ingin tahu
apa rasanya menimang buah hati tidaklantas menjadikanmungebetkawin atau
punya anak beneran.Jadi penasaranhanyalah akibat langsung dari
kemapanan yang kamu rasakan. Setelah berhasil mencukupi dirimu sendiri,
kamu jadi ingin tahu bagaimana rasanya menafkahimanusia lain. Ketikakamu
sudah stabil secara emosi, kamu pun ingin bisamenopang proses
tumbuh-kembang seseorang.
13. Kamu pun akan benar-benar memikirkan dengansiapakamu menghabiskan hari tua
Ketikaide
tentang menikah dan punya anak sudah sering berseliweran di kepalamu,
kamu akanotomatis memikirkan siapa yang akan menemanimu menjalani
keduanya.
Sebelum umurmu 27, kamu harus belajar untuk berhenti
main-main soal cinta. Carilah pasangan yangserius untuk membina rumah
tangga. Tak usah muluk-muluk menentukan standar. Pasanganmu tak harus
cantik, kaya, atau benar-benar sempurna agamanya.Sudah lebih dari cukup
jika dia mau mengerti, mau belajar, dan mampumenjadi orang tua yang baik
untuk anak kalian nantinya.
14. Berfoya-foya di waktu muda cuma akan menambah bebanmu di kemudian hari.
Sebelumumurmu27,tuntutan
finansial yang menghadangmumasih relatif longgar. Kamu akan lebih
mungkinmenuruti keinginan untuk menghambur-hamburkan uang.
Super rare itembuat DotA?
Check!Setelan jas kedua buat kondangan?
Check!Mesin espresso? Err…c
heck!
Alangkah
baiknya kalau kamu benar-benar memperhitungkan risiko setiap keputusan
finansialmu dari sekarang. Tiap rupiah yang kamu keluarkan adalah
kesempatan untuk menabung dan berinvestasi yang hilang. Kamu tidak bisa
bertahan selamanya dengan gaya hidup yang besar pasak daripada tiang.
15. Kadang, kamu harus melakukan apa yang tidakingin kamu lakukan.
Bagian
dari pendewasaan adalah bergumul dengan sabar pada masalah-masalahyang
sebenarnya membuatmu ingin muntah. Mungkin sekarang kamu bekerja di
tempat yang sebenarnya tidak kamu nikmati benar. Mungkin
hubunganmusekarang hanya kamu pertahankan karena sudah terlalu lama ada.
Atau mungkin…kamu malah belum menamatkan pendidikan sarjana.
Sebelum
umurmu 27, kamu harus menerima bahwa menutup mata dari masalah tak akan
pernah membuat masalah itu hilang secara ajaib. Kadang, kamu harus
melakukan apapun yang memang sudah jadi tanggung jawabmu. Selesaikan
kontrakmu di tempat kerja yang sekarang. Putuskan apa yang akan kamu
lakukan dengan pasanganmu di masa depan. Tuntaskan skripsimu. Ketika
kamu lebihmemilih menutup mata, yang akan kamu lihatcumagelap.
16. Orang tuamu adalah yang terbaik yang bisa kamu punya.
Saat masih remajadulu, kamumungkin sering berharap bahwaorangtuamu lebih royal, lebih
cool,
atau lebih mampumemposisikan diri jadi teman berbagi. Kamu
mungkinberharap juga kalau mereka “punya nama”, sehingga di sekolah kamu
bisabangga. Kamu benci ketika mereka memaksamu melakukan sesuatu dengan
alasan “ingin yang terbaik buatmu”. Kamu lebih tidak suka lagi ketika
mereka mencoba mengatur pilihan hidupmu.
Sebelum umurmu 27, kamu
harussadar bahwamereka adalah “penjaga”terbaik yang bisa kamu punya.
Mereka memang tak sempurna, dan tentu, ada beberapa hal yang memang
salahmereka. Tapi semakin kamudewasa, semakin kamumemahami bahwa mereka
juga manusiayangpantas dihargai usahanya. Dan dalam hal dimana mereka
salah, mereka pantas mendapatkan maafmu.
Tak selamanya mereka bisa
hadir untuk kita. Mungkin saja, mereka akan pergi selamanya terlebih
dulu — kita tak akan pernah tahu. Selagi mereka masih ada, jangan
malu-malu untuk merengkuh mereka dan berkata bahwa kamu menyayangi
mereka.
17. Membaca berita harusjadi bagian dari keseharianmu.
Sebelum
usia 27, kamu harus mengerti bahwa dunia ini takkamu huni sendiri.Kamu
adalah bagian dari masyarakat yang lebih besar. Bukan cuma soal
tunggakanlistrik atau tagihanpulsa yang harus kamu pikirkan, melainkan
juga demo guru di kantor bupati tadi pagi, atau buskotayang harusnya tak
lulus uji emisi.
Bagaimana caramu menunjukkan bahwa kamu peduli?
Baca koran setiap hari. Kalau kamu tidak punya wawasan, bagaimana kamu
tahu hal-hal apa saja yang harusnya kamu pedulikan?
Dengan peduli
pada hal-hal yang terjadi di luar dirimu, kamu akanterhindar dari risiko
jadi orangyang merasa dirinya paling penting sejagad raya. Sikap rendah
hati ini akanmenjadikanmupribadi yang lebih menyenangkan.
18. Kamu juga wajib untuk mulai sadar politik.
Dulu,
mungkin kamu belum terlalu mengerti apa fungsinya pemerintah. Bisanya
cuma korupsi dan menyulitkan keperluan administrasi. Sekarang,kamu tahu
bahwa pemerintahlah yang mengatur pembangunan infrastruktur. Pemerintah
jugayang punya andil dalam menentukan pajak mobilmu, atau harga sepatu
impormu. Bahkan, pemerintah juga akan menentukan apa yang dipelajari
anakmu di sekolah nanti.
Kamu jadi tahu betapa pentingnya
punyapemerintah mumpuni. Kamu pun akan melakukan apa yang kamu bisa
untuk mewujudkannya. Paling tidak, kamu berpartisipasidalam pemilu.
Kalaukamu takberusahamengangkat orang-orang baik jadi pemimpin,
menghujat pemerintah terpilih adalah sama dengan manja.
19. Kamu tidak harus kalem dan pendiam untuk jadi pribadi dewasa.
Orang
sering mengasosiasikan pribadi yang pendiam dan kalem sebagai pribadi
yang dewasa. Sementara itu, sifatperiang, cerewet, dan terbuka cenderung
dianggap kekanak-kanakan oleh mereka.
Sebelum umurmu 27, kamu
harus mengerti bahwa dikotomi ini konyol.Dewasa adalah perkaramenerima
diri, bukan besar kecilnya volume suara saat kamu tertawa. Dewasa adalah
perkara berpikir terbuka, bukannya melihat suatu ketidakadilan dan
akhirnyadiam saja.
20. Terlalu banyak berpikirnegatif bakal menghambatmu, secara personal maupun profesional.
Ketika
umurmu hampir 27, kamu mungkinlelahmendengarnasihat klise seperti
“berpikirpositif aja!”. Dalam hidup ini, kamu sudah mengerti bahwaada
hal-hal yang berada di luar kuasa kita. Berpikir positif tidak
selalubisa mencegah terjadinya hal tersebut. Misalnya, kamu tidak akan
bilang kalau G 30 S/PKI bisa dicegah dengan berpikir positif, ‘kan?
Di
lain pihak, kalaukamu bijak, kamu tak akan membiarkan
halnegatifmenguasai pikiranmu.Justru semakin dewasa dirimu, semakin
enggankamu melabeli sesuatu dengan kata sifat ‘baik’ atau ‘buruk’. Kamu
akan menganggapnya sebagai bagian dari takdir saja. Hal yang berat
adalahbagian dari tanggung jawab, dan hal yang menyenangkan
adalahsesuatu yang patut disyukuri.
Berpikir positif dan memandang
gampangberbagaicobaan bisa berujung padadelusi mini, tapi berpikir
negatif akan membuatmu terhambat dan terpuruk.
21. Kebugaran bakal jadi hal yang mewah.
Semakin
dewasa dirimu, semakin mudah kamu lupa memperhatikan kebugaran tubuh.
Bisa karena terlalu sibuk bekerja, bisa juga karena usiamu masih
mengizinkanmu tetap prima tanpa perlu banyak usaha.
Sebelum kamu
menginjak usia 27, mengertilah bahwa berolahraga adalah hal yang
krusial. Tubuhmu tidak bisa terus diforsir untuk bekerja tanpa
istirahat. Kamu juga tak akan bisa bertambah usiadengan elegan kalau
malas menggerakkan badan. Supaya tubuhmu tak keteteran di usia 30-an
atau 40-an, mulailah rutin olahraga — paling tidak 3kali seminggu. Tidak
usah yang susah atau keren, kok.
Jogging keliling kota atau bulu tangkis juga bisa jadi alternatif kegiatan gerak badanmu.
22. Traveling: punya uang, tapi tidakpunya waktu.
Kamu
selalu menginginkannya: pergi menjelajahi Indonesia, bahkan luar
negeri. Keluar dari zona nyamanmu, mendapatkan teman baru dan foto-foto
seru, menjadi orang yang lebih kaya dan lebih baik. Sayang,ketika
“muda”, kamu selalu mengurungkan niatmu karena merasa tak punya uang.
Perhatikan:
ketika umurmu sudah 27, kamu mungkin sajalebih mapan. Singapura atau
Thailand? Mungkin sudah ada di genggaman tangan dengan apa yang ada di
rekeningmu sekarang. Tapi, kamu tidak akan lagi punya waktu sebanyak
dulu untuk bersenang-senang. Di usia 27, rutinitas dan tekanan kerja
sudah akan menghimpitmu.
Lebih baik kamu traveling sekarang, ketika kamu masih punya waktu luang. Walaupun harus jadi
backpacker atau numpang sana-sini demi hemat uang, yang penting kamu tidak kecele saattak bisa kemana-mana di masa depan.
23. Kamu harus berhenti asal makan.
Usia
27 akan menyadarkan dirimu kalau kamu tak lagi punya waktu buat makan
sembarangan.Karbohidrat sederhana akan bikin kamu cepat capek. Kurang
asupan buah dan sayuran sudah mulai mengganggu saluran pencernaanmu.
Apapun yang kamu makan, efeknya akan terasa lebih langsung sekarang.
Mulailah
mencoba pola makan yang lebih sehat. Jangan terus-terusan makan di
luar. Cobalah untuk memasak sendiri di rumah. Pola makan yang sehat akan
membantumu memelihara energi dan tubuhmu sampai tua nanti. Sebaliknya,
bertahan dengan pola diet asal-asalan bisa membuatmu cepat naik berat
badan, selain tak sehat bagi kadar kolesterol dan gula darahmu.
24. Selalu sisihkan waktu buat dirimu sendiri.
Kamu lupa kapan terakhir bersantai sendirian kayak gini. via
www.flickr.com
Waktu
untuk dirimu sendiri adalah hal yang terlalu berharga. Ketika kamusibuk
bekerja, kamu akan mudah melupakannya. Padahal, berbincang dengandirimu
sendiri, melakukan apa yang kamu suka, istirahat sejenak dari tekanan
untukbersosialisasi: semua itu akan membantumu untuk “merawat” jati
diri.
Ya, sebelum umur 27, kamu harus mengerti bahwa jati diri
memang perlu dirawat. Ketika kamu lama tak menjenguknya, dia akan
tenggelam sebelum lama kelamaan menghilang.
Sesibuk apapun kamu,
selalu luangkan waktu untuk dirimu sendiri. Jangan sampai sahabat yang
sudah kamu kenal sejak lahir itu menghilang dan digantikan oleh sosok
lain yang tak kamu kenal.
25. Waktu berjalan begitu cepat, dankamu tak akan mampu mengendalikannya
Ketika kamu menginjak usia 27, kamu akan terpana pada beberapa fakta matematis:
Sudah 10 tahun lamanya sejak kamu lulus SMA.
Sudah 4-7tahun lamanya sejak kamu wisuda sarjana.
Sudah
beberapa bulan terlewati sejak hubungan terakhirmu harus diakhiri.
Sudah lama sekali sejak terakhir kali kamu menelepon orang tua dan
bercerita dari hati ke hati.
Waktu bergulir cepat. Kadang begitu cepatnya, sampaikamu merasakamu tak mampu mengendalikannya.
Memang, supaya tak meremehkan waktu, kamu harus selalu merasa seperti itu.
26. Kamu pun mulai memikirkan urusan akhirat.
Entahlah.
Ini mungkin memang bagian dari proses menjadidewasa. Atau mungkin,
inilah yang akan terjadi ketika kamu memahami bahwa ada beberapa hal di
hidup ini yang berada di luar kendali kita. Mungkin juga, kamu kinilebih
rela belajar untuk “tenang” dan memikirkan “masa yang jauh di depan”
karenajiwa mudamu yang suka coba-coba sudah reda.
Ketika umurmu
27, kamu sudah harus mengerti bahwa pemenuhan hasrat duniawi saja tak
akan mesti berujung bahagia. Kamu pun tak lagi segan mencari
pemenuhanyang lebih besar dan dalam.
Vita brevis.
27. Hidupmu yang sebenarnya dimulai sekarang.
Sampai
padatitik ini, kamu semakin dewasa dan bijaksana. Kamu sudah cukup
membuat kebodohan di tahun-tahun sebelumnya. Tak ada lagi sikap impulsif
dan coba-coba demi hidupmu di masa-masa setelahnya.
Kini saatnya
kamu memanfaatkan semua pengalamanmu untuk menggapai impian yang masih
terpendam. Jangan menyerah pada tekanan. Toh, hidup itu harus dinikmati,
‘kan?